Friday, January 29, 2016

Kreativitas v. Uang: Masalah yang Dihadapi Para Pembuat Film (An essay about filmmaking in Indonesian Language)

This post will be written in Indonesian. I haven't translated them into English. I don't know whether I will translate it or not. But keep updated with my blog, maybe I will post the English version some day!

This essay was written for my last exam on the 1st Semester at Jakarta Institute of Art. I hope it will bring my fellow filmmakers to think deeply about my argument, so in the future we would have a better mind set than what we've got today.


Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Dalam agama Kristen atau Katolik, diajarkan bahwa manusia diciptakan melalui Citra Allah manusia itu sendiri. Lalu apa yang membuat manusia lebih hebat daripada ciptaan lainnya? Yang pasti adalah akal budi. Akal budi membantu kita untuk berpikir, bekerja, dan berkomunikasi kepada sesama. Akal budi tentu saja tidak akan jauh dari kreativitas. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta.  Kreativitas membantu kita untuk menemukan ide atau hasil, yang nantinya akan membantu kita untuk melakukan sesuatu dengan cara baru.
Sedangkan uang, menurut KBBI, adalah alat tukar atau standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu. Uang digunakan untuk kehidupan sehari-hari, seperti membeli kebutuhan hidup. Uang pada saat tertentu juga memudahkan kita untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Contohnya adalah ketika kita akan membeli kamera, yang pada dasarnya memiliki banyak versi – ada yang canggih, namun ada yang lebih canggih lagi. Tentu saja yang menjadi permasalahannya disini adalah jika mempunyai banyak uang, kita mendapat kesempatan untuk memanjakan diri dengan membeli kamera yang lebih canggih. Inilah permasalahan yang membuat kehidupan manusia menjadi rumit.
Terkadang, manusia lebih baik menutupi masalah variasi kamera diatas dengan membeli kamera yang lebih canggih. Namun, uang yang harus dihabiskan biasanya sangat membuat sang pembeli kerugian; Apalagi jika pembeli tersebut tidak mengerti dengan apa yang ia beli. Sang pembeli berpikir bahwa dengan membeli kamera yang lebih canggih, semua masalahnya akan tertutupi begitu saja. Ini adalah pemikiran yang salah. Kita tidak boleh berpikir bahwa uang menjadi jalan keluar dari semua masalah, padahal uang hanya akan menyelesaikan masalah jangka pendek. Jika kita hidup mengandalkan uang, kita akan menjadi egois, sombong, dan “bodoh” secara bersamaan. Lalu, jika kita tidak bisa mengandalkan uang, apa yang kita harus andalkan dalam kehidupan kita? Jawabannya, kreativitas.
Kreativitas merupakan jalan yang terbaik untuk menghadapi sebuah masalah. Harus diakui, dengan mengandalkan kreativitas ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi: kita harus memiliki energi yang lebih untuk melewati rintangan; Kreativitas harus dibantu juga dengan semangat berjuang atau yang biasanya disebut “niat”; Untuk mengembangkan semangat berjuang itu sendiri butuh dilatih mentalnya; Belajar juga menjadi hal utama dalam mengembangkan kreativitas. Namun, dalam jangka panjang, kreativitas sangat sehat untuk diri kita – dimulai dengan tersedianya uang cadangan dalam rekening bank kita atau bahkan bertambahnya uang karena kreativitas kita.
Masalah kreativitas dan uang sudah menjadi pokok utama dalam kehidupan, apalagi dalam dunia perfilman. Banyak orang yang berpikir bahwa dengan besarnya dana, maka kualitas film akan semakin tinggi. Pernyataan tersebut memang ada benarnya, tetapi sebagian besar salah. Untuk pengelolaan uang itu sendiri kita membutuhkan kreativitas supaya uang yang dikeluarkan bisa menghasilkan sesuatu yang efisien.
Sekitar dua bulan yang lalu, saya berbincang dengan (tanpa menyebut nama) salah satu asisten dosen di Institut Kesenian Jakarta. Dalam perbincangan tersebut, Beliau membicarakan tentang pengalaman Beliau dalam proses pembuatan Ujian Tugas Akhir – Sarjana 1. Beliau, bertiga dengan teman sekelompoknya, menyewa kamera yang sangat canggih atas usul dari cinematographer kelompok Beliau. Namun Beliau begitu sibuk dengan pekerjaannya sehingga Beliau tidak bisa mengikuti proses produksi (kebetulan Beliau adalah editor). Ketika Beliau harus membayar jasa sewa kamera tersebut, Beliau sangat kaget karena Beliau harus membayar 20 juta rupiah. Total biaya produksi tersebut mencapai 60 juta rupiah. Yang lebih mengganggu Beliau adalah hasil rekaman kamera tersebut tidak diproses dengan baik oleh orang-orang yang ada di belakang kamera. Beliau mengatakan bahwa penyewaan kamera tersebut hanya sekedar untuk harga diri – alasan yang dianggap Beliau sangat bodoh.
Di dunia perfilman profesional, kreativitas juga digunakan untuk membuat hal yang besar, contoh yang paling tepat untuk dibahas adalah film Whiplash (2014) yang disutrdarai oleh Damien Chazelle. Chazelle telah menyiapkan skenario filmnya sejak tahun 2012 dan menunggu para investor untuk datang mendanai filmnya. Setelah lama menunggu, sayangnya, tetap tidak ada investor yang mau mendanai filmnya. Namun, Chazelle menarik perhatian para investor setelah ia mengubah 15 lembar skenario filmnya menjadi sebuah film pendek. Film pendek tersebut, yang dikeluarkan dengan judul yang sama, diputar pada festival film Sundance di tahun 2013. Film tersebut mendapat reaksi positif dan Chazelle mendapat dana untuk pembuatan film panjangnya. Dana tersebutpun tidak banyak, hanya tiga juta Dolar Amerika (dianggap sedikit dibanding film-film blockbuster yang diproduksi Hollywood). Proses produksi film ini juga mengalami rintangan-rintangan, antara lain: waktu shooting yang tidak lama dan Chazelle mengalami kecelakaan. Namun, Chazelle tetap datang ke set walaupun terluka-luka. Whiplash akhirnya mendapat lima nominasi di Academy Award (Oscar) dan memenangkan tiga di antaranya. Keuntungan yang didapati oleh film ini hampir enam belas kali lipat dari dana sebenarnya! Menggiurkan bukan?
Maka dari itu, utamakan kreativitas daripada uang. Sebab kreativitas dapat menghasilkan lebih daripada uang, bahkan dapat menghasilkan uang itu sendiri. Yang lebih penting dalam penggunaan kreativitas adalah kepuasan batin. Kepuasan batin, tentu saja, akan melebihi emas, harga diri, dan nafsu dunia.

Sumber:

Rekomendasi buku:
Steal Like An Artist” oleh Austin Kleon.
“Rebel Without A Crew” oleh Robert Rodriguez.
Making Movies” oleh Sidney Lumet.

“Make Your Own Damn Movie!” oleh Lloyd Kaufman.

No comments:

Post a Comment