This essay was written for my last exam on the 1st Semester at Jakarta Institute of Art. I hope it will bring my fellow filmmakers to think deeply about my argument, so in the future we would have a better mind set than what we've got today.
Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling
sempurna. Dalam agama Kristen atau Katolik, diajarkan bahwa manusia diciptakan
melalui Citra Allah manusia itu sendiri. Lalu apa yang membuat manusia lebih
hebat daripada ciptaan lainnya? Yang pasti adalah akal budi. Akal budi membantu
kita untuk berpikir, bekerja, dan berkomunikasi kepada sesama. Akal budi tentu
saja tidak akan jauh dari kreativitas. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia), kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta. Kreativitas membantu kita untuk menemukan ide
atau hasil, yang nantinya akan membantu kita untuk melakukan sesuatu dengan
cara baru.
Sedangkan uang, menurut KBBI,
adalah alat tukar atau
standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh
pemerintah suatu negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang
dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu. Uang digunakan untuk kehidupan
sehari-hari, seperti membeli kebutuhan hidup. Uang pada saat tertentu juga
memudahkan kita untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Contohnya adalah ketika kita
akan membeli kamera, yang pada dasarnya memiliki banyak versi – ada yang
canggih, namun ada yang lebih canggih lagi. Tentu saja yang menjadi
permasalahannya disini adalah jika mempunyai banyak uang, kita mendapat
kesempatan untuk memanjakan diri dengan membeli kamera yang lebih canggih.
Inilah permasalahan yang membuat kehidupan manusia menjadi rumit.
Terkadang, manusia
lebih baik menutupi masalah variasi kamera diatas dengan membeli kamera yang
lebih canggih. Namun, uang yang harus dihabiskan biasanya sangat membuat sang
pembeli kerugian; Apalagi jika pembeli tersebut tidak mengerti dengan apa yang
ia beli. Sang pembeli berpikir bahwa dengan membeli kamera yang lebih canggih,
semua masalahnya akan tertutupi begitu saja. Ini adalah pemikiran yang salah.
Kita tidak boleh berpikir bahwa uang menjadi jalan keluar dari semua masalah,
padahal uang hanya akan menyelesaikan masalah jangka pendek. Jika kita hidup
mengandalkan uang, kita akan menjadi egois, sombong, dan “bodoh” secara
bersamaan. Lalu, jika kita tidak bisa mengandalkan uang, apa yang kita harus
andalkan dalam kehidupan kita? Jawabannya, kreativitas.
Kreativitas merupakan
jalan yang terbaik untuk menghadapi sebuah masalah. Harus diakui, dengan
mengandalkan kreativitas ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi: kita harus
memiliki energi yang lebih untuk melewati rintangan; Kreativitas harus dibantu
juga dengan semangat berjuang atau yang biasanya disebut “niat”; Untuk
mengembangkan semangat berjuang itu sendiri butuh dilatih mentalnya; Belajar
juga menjadi hal utama dalam mengembangkan kreativitas. Namun, dalam jangka
panjang, kreativitas sangat sehat untuk diri kita – dimulai dengan tersedianya
uang cadangan dalam rekening bank kita atau bahkan bertambahnya uang karena
kreativitas kita.
Masalah kreativitas
dan uang sudah menjadi pokok utama dalam kehidupan, apalagi dalam dunia
perfilman. Banyak orang yang berpikir bahwa dengan besarnya dana, maka kualitas
film akan semakin tinggi. Pernyataan tersebut memang ada benarnya, tetapi
sebagian besar salah. Untuk pengelolaan uang itu sendiri kita membutuhkan
kreativitas supaya uang yang dikeluarkan bisa menghasilkan sesuatu yang efisien.
Sekitar dua bulan yang
lalu, saya berbincang dengan (tanpa menyebut nama) salah satu asisten dosen di
Institut Kesenian Jakarta. Dalam perbincangan tersebut, Beliau membicarakan
tentang pengalaman Beliau dalam proses pembuatan Ujian Tugas Akhir – Sarjana 1.
Beliau, bertiga dengan teman sekelompoknya, menyewa kamera yang sangat canggih
atas usul dari cinematographer
kelompok Beliau. Namun Beliau begitu sibuk dengan pekerjaannya sehingga Beliau
tidak bisa mengikuti proses produksi (kebetulan Beliau adalah editor). Ketika
Beliau harus membayar jasa sewa kamera tersebut, Beliau sangat kaget karena
Beliau harus membayar 20 juta rupiah. Total biaya produksi tersebut mencapai 60
juta rupiah. Yang lebih mengganggu Beliau adalah hasil rekaman kamera tersebut
tidak diproses dengan baik oleh orang-orang yang ada di belakang kamera. Beliau
mengatakan bahwa penyewaan kamera tersebut hanya sekedar untuk harga diri –
alasan yang dianggap Beliau sangat bodoh.
Di dunia perfilman
profesional, kreativitas juga digunakan untuk membuat hal yang besar, contoh
yang paling tepat untuk dibahas adalah film Whiplash
(2014) yang disutrdarai oleh Damien Chazelle. Chazelle telah menyiapkan
skenario filmnya sejak tahun 2012 dan menunggu para investor untuk datang
mendanai filmnya. Setelah lama menunggu, sayangnya, tetap tidak ada investor
yang mau mendanai filmnya. Namun, Chazelle menarik perhatian para investor
setelah ia mengubah 15 lembar skenario filmnya menjadi sebuah film pendek. Film
pendek tersebut, yang dikeluarkan dengan judul yang sama, diputar pada festival
film Sundance di tahun 2013. Film tersebut mendapat reaksi positif dan Chazelle
mendapat dana untuk pembuatan film panjangnya. Dana tersebutpun tidak banyak,
hanya tiga juta Dolar Amerika (dianggap sedikit dibanding film-film blockbuster yang diproduksi Hollywood).
Proses produksi film ini juga mengalami rintangan-rintangan, antara lain: waktu
shooting yang tidak lama dan Chazelle
mengalami kecelakaan. Namun, Chazelle tetap datang ke set walaupun
terluka-luka. Whiplash akhirnya
mendapat lima nominasi di Academy Award (Oscar)
dan memenangkan tiga di antaranya. Keuntungan yang didapati oleh film ini
hampir enam belas kali lipat dari dana sebenarnya! Menggiurkan bukan?
Maka dari itu,
utamakan kreativitas daripada uang. Sebab kreativitas dapat menghasilkan lebih
daripada uang, bahkan dapat menghasilkan uang itu sendiri. Yang lebih penting dalam
penggunaan kreativitas adalah kepuasan batin. Kepuasan batin, tentu saja, akan
melebihi emas, harga diri, dan nafsu dunia.
Sumber:
Rekomendasi buku:
“Steal Like
An Artist” oleh Austin Kleon.
“Rebel Without A Crew”
oleh Robert Rodriguez.
“Making
Movies” oleh Sidney Lumet.
“Make Your Own Damn
Movie!”
oleh Lloyd Kaufman.
No comments:
Post a Comment