Director : Fritz Lang
Writers :
Fritz Lang, Thea von Harbou, Paul Falkenberg, Adolf Jansen,
Karl Vash
Cinematographer : Fritz Amo Wagner
Music by : Edvard Grieg
Editor : Paul
Falkenberg
Inilah film suara pertama
yang dibuat oleh sutradara Jerman, Fritz Lang. Film ini dianggap salah satu
film yang membuka mata dunia. Fritz Lang dan istrinya, Thea von Harbou,
melakukan riset yang mendalam demi pembuatan dari film ini. Mereka mencari ide
dan beberapa unsur lainnya untuk membuat isi dari film tersebut dekat dengan
realitas. Lang menganggap film ini sebagai film terbaiknya.
Film ini menceritakan
seorang pembunuh anak yang berkeliaran di kota Berlin. Kita mengikuti proses
perkembangan cerita yang kompleks, yaitu melalui berbagai macam karakter –
polisi, gangster, masyarakat umum,
bahkan sang pembunuhnya sendiri. Protagonis dari film ini bermacam-macam, namun
yang utama adalah anti-hero pembunuh
anak kecil, Hans Beckert yang dimainkan oleh Peter Lorre. Dari sisi polisi,
kita mengikuti Inspector Karl Lohmann yang dimainkan oleh Otto Wernicke dan
dari sisi gangster, kita mengikuti Der Schränker (The
Safecracker) yang dimainkan oleh Gustaf Gründgens.
Film berdurasi hampir 2
jam ini, ber-setting pada dunia
modern 1930-an, dengan plot duration
kurang lebih seminggu. Fritz Lang memilih plot
dengan baik. Lang menjaga agar sebab-akibat (kausalitas) dari film ini sesuai
dengan perkembangan cerita dan masuk akal. Lang memilih dunia modern karena
sifatnya lebih umum, jangkauannya luas, dan sifat informasinya unrestricted atau longgar. Dengan ini
Lang dapat berinovasi dan memuat kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
secara realitas di dalam kehidupan penonton-penonton. Struktur ini merupakan art cinema naration.
Lang memulai film dengan
anak-anak yang sedang bermain sambil menyanyikan lagu tentang pembunuhan anak,
lalu kamera berpindah kepada sebuah poster tentang pembunuh anak, akhirnya Lang
berpindah kepada seorang ibu yang menyuruh mereka berhenti untuk menyanyikan
lagu seram tersebut, namun anak-anak tersebut masih menyanyikan lagu tersebut
setelah ibu itu pergi. Establishing
dari latar belakang cerita dapat terlihat dalam satu continuous shot tersebut. Kita mempelajari bagaimana adanya seorang
pembunuh, bagaimana para orang tua khawatir, bagaimana anak-anak masih banyak
yang belum mengerti dengan bahaya yang sedang terjadi. Tempo cerita lalu
berpindah dari pembunuhan baru, kejadian-kejadian saling curiga dalam
masyarakat, kerja keras para polisi, dan lunaknya evidensi untuk mencari
pembunuh anak. Tempo-tempo ini masuk ke dalam tahap pengenalan situasi cerita.
Selanjutnya, cerita
berkembang dengan rapat antar anggota gangster
yang diceritakan secara pararel dengan rapat antar kepala polisi. Dari rapat
tersebut, transisi berubah dari pengenalan menjadi perkembangan lanjutan dari
cerita, atau disebut dengan Rising Action.
Rapat dari gangster menimbulkan
gerakan untuk mencari sang pembunuh di luar tangan para autoritas resmi dan
rapat dari para kepala polisi menimbulkan investigasi yang memusatkan pada
orang-orang yang memiliki masalah psikologis. Perkembangan selanjutnya, kita
melihat Hans mulai mencari mangsanya lagi. Hans diberikan tanda “M” pada
bajunya sebagai tanda pembunuh (M=Morder,
Inggris: Murderer). Kemudian dari
tanda tersebut, Hans dikejar oleh anak buah para gangster. Penutupan dari tahap
ini adalah Hans yang ketahuan mengumpat di sebuah tempat kerja.
Perkembangan climax dari cerita terlihat pada adegan
pengadilan yang dibuat oleh para gangster
– Hans tertangkap dan diadili secara tidak adil. Hans membela dirinya dengan
menjelaskan situasi dirinya yang tidak stabil. Lalu konflik ditutup dengan
kedatangan polisi.
Film tersebut lalu ditutup
dengan adegan pengadilan Hans yang dilakukan secara resmi dan sebuah monolog
dari seorang ibu yang anaknya telah dibunuh oleh Hans.
Penceritaan yang kompleks
dari film ini memberikan banyak pesan – tergantung bagaimana sudut pandang orang
yang melihat dari film tersebut. Secara umum, film ini memberi pesan bahwa
“kita tidak boleh membunuh.” Namun secara khusus kita juga diberitahu bahwa
“seorang penjahat juga manusia.” Banyak sekali turunan pesan dari film layar
lebar ini. Lang, bersama dengan istrinya, telah menyajikan sebuah cerita yang
dibuat dengan riset yang memakan tenaga dan waktu. Usaha mereka menjadi dasar
bagi para penulis untuk mendekatkan diri mereka dengan topik yang mereka
dalami; Mereka membuat batasan dan mengumpulkan ide; Mereka membangun fondasi
dari cerita secara matang dan memiliki isi; Mereka berusaha menghayati atau
menempatkan diri mereka dengan para pelaku. Hal-hal tersebut menjadi harus
untuk membuat sebuah cerita dengan topik yang masih dianggap asing oleh penulis.
Lalu, bagaimana dampak dan
sebagaimana efektif dari konsep penceritaan film ini?
Film ini tentu saja
memberikan dampak secara signifikan kepada dunia industri. Standar industri
menjadi lebih tinggi – mereka menuntut sebuah cerita yang memiliki “berat” akan
informasi dan pesan. Usaha para penulis juga dituntut untuk dimaksimalkan.
Contoh-contoh usaha tersebut terlihat sampai ke dunia sekarang, seperti: Paul
Schrader dengan skenarionya Taxi Driver
(1976) atau Jonathan Nolan dengan skenarionya Interstellar (2014). Kedua film tersebut “dipoles” dengan riset
yang mendalam.
Yang menjadi perhatian
saya adalah protagonis utama dari film ini. Protagonis utama dari film ini
tidak memiliki sifat orang yang baik, namun sebaliknya. Istilah dari karakter
tersebut adalah anti-hero. Tetapi,
dengan munculnya anti-hero, proses
penceritaan akan menjadi lebih sulit. Pada dasarnya manusia memiliki sifat yang
baik, mereka semua ingin masuk Surga. Kita sudah terbiasa “mengaca” dengan
protagonis-protagonis yang memiliki sifat yang baik. Tetapi, apakah kita akan
terbiasa “mengaca” dengan para anti-hero?
Disinilah Lang dapat menjelaskan dengan baik.
Hans merupakan seorang
pembunuh, namun seorang pembunuh harus memiliki motif untuk membunuh – walaupun
motif tersebut hanyalah “suka membunuh.” Disini kita dapat melihat Hans sebagai
manusia, bukan hanya secara fisik, namun juga secara mental. Hans tidak dapat
menahan keinginan untuk membunuh. Dalam perkembangan cerita, ada beberapa saat,
dimana ia mencoba menahan keinginan tersebut dengan meminum alkohol. Namun
keinginan tersebut tidak dapat tertahankan lagi. Hans mengeluarkan
penyesalannya saat diancam untuk dibunuh. Monolog Hans menjadi perhatian utama
dari film tersebut. Disini Lang memanusiakan pembunuh tersebut. Lang membuat Hans
menjadi manusia yang rapuh pada adegan tersebut, bukan sebagai seorang pembunuh
yang seram.
Selain itu, ibu dari
Elsie, yang hanya membuka dan menutup film, dapat diidentifikasi dengan baik
walaupun memiliki waktu tampil yang sedikit. Kita dapat merasakan bagaimana
menunggu seorang yang kita sayangi dan orang tersebut tidak pulang. Dan kita
dapat merasakan bagaimana perasaannya jika kita sudah melihat pembunuh dari
orang yang kita sayangi.
Konsep penceritaan dari
film ini tidak berfokus pada satu protagonis saja. Tetapi apakah ini menjadi
hal yang efektif dari proses penceritaan? Tentu saja, namun kita menjadi susah
untuk mengidentifikasikan diri kita terhadap beberapa protagonis tersebut.
Kita, sebagai penonton, membutuhkan waktu untuk mengidentifikasikan diri kita
dengan para protagonis. Hal tersebut menjadi susah ketika waktu sangat
terbatas. Saya sendiri susah beridentifikasi dengan para protagonis. Saya hanya
dapat beridentifikasi dengan Hans dan Ibu dari Elsie.
Di dalam film ini, Lang
membuat sebuah cerita dunia modern yang kompleks dan berisi. Kemudian Lang juga
memberikan pesan yang baik untuk kita – Lang menganggap semua orang adalah
manusia yang baik dan setiap orang memiliki gangguannya masing-masing.
Sumber:
This article is truly my opinion. If you disagree with this (and that’s alright), you can always tell me how you feel in the comments below and also, thanks for reading!
No comments:
Post a Comment